Rss Feed

Pages

Analisis Pragmatik Kartun Humor

Analisis Pragmatik Kartun Humor 1. Tindak Tutur Tindak tutur adalah kemampuan seorang individu melakukan tindak ujaran yang mempunyai maksud tertentu sesuai dengan situasi tertentu. Tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu, a. Tindak Lokusi : tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan menghasilkan suatu yang bermakna. Contoh kalimat, “Saya tadi pagi makan nasi goreng.” b. Tindak Ilokusi : tindak tutur yang mengandung maksud memberitahu, memerintah, memperingatkan, melaksanakan yang ujaran-ujaran itu memiliki daya (konvensional) tertentu dan tindak tutur ini ditampilkan melalui sebuah penekanan. Contoh kalimat, “Bersih sekali ruangan ini sampai banyak debu yang berterbangan.” c. Tindak Perlokusi : tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur serta muncul sebuah akibat, seperti meyakinkan, membujuk dan menghalangi. Contoh kalimat, “Rokok adalah musuh terbesar kesehatan kita!” Menurut sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum sebagai berikut, a. Verba asertif : pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misal menyatakan, mengusulkan, membuat, melaporkan, mengeluh. b. Verba direktif : ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, memberi nasihat. c. Verba komisif : pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikat suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan. d. Verba Ekspresif : fungsi ilokusi ini adalah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, memberi maaf, memuji. e. Verba Deklarasi : berhasil pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, memecat. 2. Implikatur Implikatur merupakan makna di luar teks. Makna yang ada di luar teks tersebut harus dapat dipahami oleh penutur serta lawan tuturnya. Implikatur dibagi menjadi beberapa macam yaitu, a. Implikatur percakapan ; seorang penutur yang berkomunikasi dengan menggunakan makna secara implikatur dan pendengar yang mengenal makna dari informasi yang disampaikan melalui inferensi. b. Implikatur percakapan umum : implikatur yang tidak memerlukan konteks khusus. c. Implikatur berskala : informasi khusus yang selalu dikomunikasikan dengan pemilihan kata yang mengekspresikan satu nilai dari sebuah skala nilai-nilai. d. Implikatur percakapan khusus : implikatur dapat diketahui dengan melibatkan konteks. e. Implikatur konvensional : hanya terjadi dalam percakapan dan tidak nenbutuhkan sebuah konteks yang khusus untuk menginterpretasikan makna. Implikatur mempunyai kedudukan dalam pragmatik karena dalam implikatur berisi mengenai gagasan serta pemikiran yang penting dalam pragmatik. Sehingga dalam kajian pragmatik, implikatur dapat dikatakan suatu bahan studi yang penting untuk dibahas dan ditelaah. A. Analisis kartun humor “Timun” 1. Kok bisa-bisanya, tiba-tiba saja, jembatan buatan bapak ambruk!!! Tempat dialog : Kantor pemerintahan Penutur : Timun Mitra Tutur : Pejabat Dalam dialog tersebut terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori menyindir dan marah. Ekspresi menyindir dapat dibuktikan dengan adanya kata kok bisa-bisanya. Secara tidak langsung, si penutur mengucapkan sebuah tuturan yang tidak mungkin terjadi namun pada kenyataannya hal tersebut telah terjadi. Sedangkan ekspresi marah dapat dibuktikan dengan adanya tanda seru di akhir kalimat. Si Timun dalam hal ini ingin mengungkapkan rasa marahnya dengan cara menyindir si pejabat. 2. Bapak mikirin nggak, korban yang tewas sia-sia!!! Dalam dialog ini terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori mengkritik dan marah. Mengkritik dapat ditemukan dengan adanya kata bapak mikirin nggak secara tidak langsung penutur bertanya kepada mitra tutur apakah mitra tutur telah melakukan sesuatu setelah terjadi insiden tersebut yang telah menewaskan banyak orang. Dalam dialog ini juga terdapat ekspresi marah yang ditunjukkan dengan adanya tanda seru diakhir kalimat serta ekspresi wajah penutur yang terdapat dalam koran tersebut. 3. Apa betul ada korupsi di sini!!! Siapa saja yang bermain-main, pak!!! Jawab, pak!!! • Dalam dialog ini terdapat tindak tutur ilokusi verba direktif dengan kategori memohon. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kata Siapa saja yang bermain-main, pak!!! Jawab, pak!!! Penutur memohon kepada mitra tutur agar memberikan kejelasan tentang masalah itu. Masalah ambruknya jembatan itu mungkin disebabkan banyaknya korupsi saat pembangunan jembatan tersebut. Maka dari itu Timun ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang di balik peristiwa tersebut yang telah memakan banyak korban. • Kata bermain-main dalam dialog ini mengandung implikatur. Di sini kata tersebut mempunyai makna korupsi. Sebelumnya telah terdapat kata korupsi, lalu si Timun membuat pernyataan kembali tentang siapa saja aktor yang telah berkorupsi tersebut. Timun ingin menanyakan kembali kepada pejabat tentang siapa saja aktor yang telah mengkorupsi uang dana pembangunan jembatan tersebut. 4. Timun : Lho, bapak mau kemana??? Pejabat : CUCI… TANGAN.. • Dialog dari pejabat merupakan penggambaran tindak tutur ilokusi verba komisif dengan kategori menolak. Memang tidak ada kata yang pasti dalam menggambarkan penolakan tersebut. Tetapi hal tersebut dapat dibuktikan ketika Timun berbicara panjang lebar tanpa sepatah kata pun pejabat tersebut mengeluarkan kata-kata. Namun dalam akhir dialog, tiba-tiba pejabat hanya mengeluarkan kata cuci tangan secara tidak langsung pejabat menolak untuk mendengar pernyataan dan pertanyaan yang lebih lanjut dari Timun. Mungkin juga pejabat menolak untuk membantu dan bertanggung jawab atas hal tersebut. • Dalam dialog ini juga mengandung unsur implikatur percakapan yang terdapat dalam kata cuci tangan. Kata tersebut mempunyai makna yang khusus dan secara tidak langsung antara penutur dan mitra tutur telah mengetahui maksud yang ada dalam kata tersebut. Cuci tangan dalam dialog tersebut mengartikan bahwa pejabat tersebut tidak bertanggung jawab dan menghindar atas permasalahan tersebut. Dalam kartun tersebut juga digambarkan, pejabat itu pergi meninggalkan Timun tanpa memberikan keterangan yang lebih lanjut tentang permasalahan yang sedang terjadi. B. Analisis kartun humor “Sukribo” 1. Dialog 1 : tiap tahun selalu saja kebanjiran, masa sih nggak ada yang bisa dilakukan….heeuu Dialog 2 : selalu ngungsi Tempat dialog : area bencana banjir Penutur : pengungsi dan sukribo Mitra tutur : antar pengungsi Dialog pertama mengandung tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori menyindir. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kalimat masa sih nggak ada yang bisa dilakukan. Kalimat tersebut ditujukan kepada pemerintah tentang bencana banjir yang datang setiap tahun dan pemerintah tidak melakukan tindakan untuk mengatasi banjir tersebut. Dialog kedua mengandung tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori mengeluh. Ekspresif mengeluh dapat dibuktikan dengan adanya kata selalu dan kesatuan seluruh kalimatnya. Secara tidak langsung, setiap terjadi bencana, para pengungsi pasti mengeluh karena keadaan yang seperti itu, 2. Dialog 1 : om kribo lihat tuh.. ada tenda pengungsi Dialog 2 : wah, betul… luar biasa, bagus pemerintahan lebih cepat tanggap Dialog 3 : sudah ada makanannya juga bo..!! • Dalam dialog kedua terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori memuji. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat luar biasa, bagus pemerintahan lebih cepat tanggap. Kata luar biasa dan bagus menegaskan kalimat dengan konteks memuji. Dialog ketiga terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori senang. Dialog ketiga tersebut merupakan dialog lanjutan dan tanggapan dari dialog kedua. Dialog kedua membahas tentang tenda lalu dialog ketiga merupakan tanggapan senang karena telah adanya tenda tersebut. • Implikatur percakapan dalam dialog ini adalah pada semua dialog. Dialog pertama penutur menunjukkan adanya sebuah tenda pengungsi, secara tidak langsung penutur dalam dialog kedua menanggapi bahwa tenda itu pasti disediakan untuk para pengungsi kemudian penutur dalam dialog ketiga juga menanggapi bahwa di setiap tenda pengungsian pasti sudah tersedia makanan. Jadi, ketiga dialog dari ketiga penutur yang berbeda tersebut sudah saling mengerti konteks yang dimaksud jika melihat sebuah tenda. Jadi yang menjadi pokok implikatur di sini adalah tenda yang di mana antara penutur dan mitra tutur telah mengetahui konteks khusus yang dimaksud. 3. Huss Ngapain pada kemari, ayo sana ini acara mantu pak lurah..!! Huss Tempat : halaman rumah pak lurah Penutur : Hansip Mitra tutur : para pengungsi Dialog tersebut mengandung tindak tutur ilokusi dengan verba direktif dengan kategori melarang dan mengusir. Kategori melarang terdapat pada kalimat Ngapain pada kemari penutur di sini melarang para pengungsi untuk mendekati tenda tempat acara mantu milik pak lurah. Sedangkan mengusir itu sama artinya meminta para pengungsi itu untuk pergi dari tempat acara mantu pak lurah tersebut. Kata Huss di sini yang menegaskan jika penutur bertindak untuk mengusir. C. Analisis kartun humor “Mice Cartoon” 1. Dialog 1 : if you happy and you know it… say horeeeee… Dialog 2 : Bukan guru … lebih suka dipanggil ‘MISS’ Tempat : kelas bermain Penutur : Guru Mitra tutur : murid-murid Dalam dialog kedua terdapat tindak tutur ilokusi verba komisif dengan kategori menolak. Kata bukan menjadi kata yang menunjukkan penolakan si penutur. Penutur memberitahukan bahwa dia tidak ingin dipanggil guru karena penutur menjadi sebuah guru di sekolah yang mengutamakan pemakaian bahasa Inggris dan ingin membiasakan murid-muridnya untuk memanggil dengan sebutan miss. 2. Oooh… No… No !! Use a spoon… should not wear hand! Tempat : rumah Penutur : Ibu Mitra tutur : anak Dalam dialog ini penutur yang merupakan orang bule melarang anaknya makan dengan tangan dengan memakai bahasa Inggris yang di mana dialog tersebut terdapat tindak tutur ilokusi verba direktif dengan kategori melarang. Kalimat Oooh… No… No !! dan kalimat should not wear hand! merupakan kalimat larangan yang terdapat dalam dialog tersebut. 3. Dialog 1 : cucu nenek udah gede, yaaa… sombong yaa… ‘gak pernah main ke rumah nenek lagi, nih….. hehe… Dialog 2 : ?? Tempat : rumah nenek Penutur : Nenek Mitra tutur : Cucu Dalam dialog pertama seorang nenek menyapa cucunya yang lama tidak bertemu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang di mana dalam kalimatnya tersebut mengandung unsur tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori menyindir. Kalimat … sombong yaa… ‘gak pernah main ke rumah nenek lagi, nih….. menunjukkan bahwa si nenek atau penutur tersebut menyindir cucunya dengan nada bercanda. 4. Dialog 1 : …Mom, Grandmother was talking about?? Dialog 2 (dalam hati) : Lho?!! Cucuku ngomong apa, tuh?? Dialog 3 : Tuh, kaaan… Aku bilang juga apa?! Orang bule juga nggak ngajarin anaknya, ngomong Indonesia, kok! Tempat : rumah nenek Penutur : nenek, anak, mice Mitra tutur : nenek, anak, orang tua • Dialog pertama merupakan tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori bingung. Si anak bingung dengan kata-kata yang diucapkan si nenek karena si anak tidak mengerti bahasa Indonesia. Kalimat was talking about?? tersebut menanyakan apa arti tuturan yang dituturkan oleh neneknya dengan ekspresi bingung. Dialog ketiga merupakan tuturan dengan menggunakan tindak tutur ilokusi verba direktif dengan kategori menyindir. Penutur atau mice menyindir istrinya karena tidak mengajari anaknya memakai bahasa Indonesia padahal sudah lama hidup di Indonesia. Kalimat yang menyatakan sindiran adalah Orang bule juga nggak ngajarin anaknya, ngomong Indonesia, kok! • Implikatur yang terdapat dalam dialog ini terletak pada dialog pertama yang di mana si anak tidak mengetahui tuturan dari sang nenek kemudian secara tidak langsung Mice menyalahkan istrinya karena tidak mengajari anaknya berbahasa Indonesia sejak dini. Meskipun bahasa ibu yang dipakai saat bisa berbicara pertama kali tapi setidaknya harus bisa menyesuaikan lingkungan yang ditempati sekarang. Dari sini dapat diketahui bahwa tokoh Mice dan istrinya sebenarnya telah mengetahui konteksnya secara khusus yaitu tentang anaknya yang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya saja, tokoh Mice menggunakan sindiran sebagai tindakan menyalahkan.

Psikologi dan faktor sosial mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua pada anak-anak dan orang dewasa

Nama : Rizka Tri P. NIM : C0209001 Psikologi dan faktor sosial mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua pada anak-anak dan orang dewasa Di sini akan membahas pembelajaran bahasa kedua pada anak-anak dan dewasa. Pada usia anak-anak dibagi menjadi dua bagian yaitu, di bawah umur 7 tahun dan umur 7-12 tahun. Faktor psikologi dari segi induksi pada umur di bawah 7 tahun, 7-12, dan dewasa, mempunyai kemampuan yang sama tinggi untuk melakukan proses tersebut. Mereka dapat menginduksikan tata bahasa pada bahasa kedua kurang lebih sama baiknya, meskipun, hal tersebut lebih mudah untuk anak-anak untuk mempelajari kata daripada orang dewasa. Proses induksi tersebut juga mempengaruhi memori yang ada. Orang dewasa agak sulit dalam proses induksi dikarenakan memori orang dewasa lebih rendah dibanding dengan anak pada umur di bawah 7 tahun dan umur 7-12 tahun. Alasannya adalah orang dewasa mengalami penurunan pada memori dan tidak dapat mengingat data untuk dianalisis. Orang dewasa dan anak berumur 7-12 tahun tidak jauh mempunyai kekuatan yang besar untuk belajar di luar kepala seperti anak berumur 7 tahun. Anak pada umur di bawah 7 tahun akan mempunyai kesempatan yang lebih dari orang dewasa dalam pembelajaran tata bahasa pada bahasa kedua. Anak berumur 7-12 tahun pun diharapkan juga dapat belajar lebih cepat daripada orang dewasa karena memorinya lebih bagus. Sedangkan dari segi eksplikasi, anak umur dibawah 7 tahun mempunyai kemampuan lebih rendah, dikarenakan orang tua jarang mengajarkan eksplikasi, sebelum pada umur 4 atau 5 tahun dapat memahami dan berbicara bahasa jatinya dengan baik. Umur 7-12 kemampuan eksplikasinya medium yang artinya sudah mulai mengenal bahasa kedua sedangkan kemampuan tinggi dimiliki oleh umur dewasa dalam hal ini karena pada umur ini dipastikan sudah menguasai bahasa jatinya dengan baik dan mengaplikasikannya ketika memakai bahasa kedua juga. Dari segi kemampuan motorik, anak memiliki kemampuan yang fleksibel terhadap kemampuan motorik yang mana orang dewasa tidak mempunyainya, anak-anak akan sedikit lebih baik dalam memperoleh pelafalan bahasa jatinya pada bahasa kedua. Sedangkan pada orang dewasa kemampuan motoriknya tergolong rendah karena kemampuan menerima dalam otaknya sudah menurun. Faktor sosial, dari segi situasi alami, anak berumur di bawah 7 tahun paling baik penguasaannya karena situasi tersebut lebih disenangi anak-anak karena orang dewasa mengalami penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pada interaksi sosial untuk mempelajari bahasa. Anak di bawah umur 7 tahun dapat secara bebas mempelajari bahasa kedua mereka tanpa ada aturan yang mengikat seperti di kelas. Anak-anak di bawah 7 tahun belum dapat belajar bahasa kedua secara formal, pembelajaran mereka harus diiringi dengan benda atau hal lain yang dapat mendukung pembelajarannya. Sedangkan dari segi situasi kelas, orang dewasa lebih baik daripada anak berumur di bawah 7 tahun. Hal itu dikarenakan orang dewasa sudah merasakan menjadi seorang murid, mereka sudah cukup sering bertemu dengan lingkungan belajar yang formal, di mana konsentrasi, perhatian, dan tetap duduk dalam waktu yang lama serta mengikut semua aturan dalam pembelajaran. Kesimpulannya, dalam pembelajaran bahasa kedua lebih baik pada anak-anak, terutama pada anak berumur 7-12 tahun. Dilihat dari faktor psikologi dan faktor sosial, kemampuan intelektualnya dikuasai secara tinggi dan merata oleh anak pada umur tersebut sedangkan dalam situasi sosial dan situasi kelas, kemampuan dalam pemerolehan bahasa mereka seimbang.

DIATESIS AKTIF PASIF

DIATESIS AKTIF DAN PASIF DALAM BAHASA LAMPUNG DAN BAHASA JAWA Oleh Rizka Tri P. (C0209001) Abstrak Permasalahan aktif dan pasif merupakan masalah yang terdapat dalam kalimat bahasa Indonesia. Keanekaragamnya bahasa yang terdapat di Indonesia menjadikanya lahan penelitian baru. Bahasa Lampung misalnya, dalam bahasa Lampung terdapat dua dialek, dialek A yang meliputi daerah Belalau, Pesisir, Pubian, dan Sungkai dan dialek O yang meliputi daerah Tulang Bawang dan Abung. Bahasa Lampung tersebut akan dibandingkan bentuk aktif dan pasifnya dengan bahasa Jawa. Makalah ini akan membahas tentang perilaku sintaktik bahasa Lampung dan bahasa Jawa dalam hal bentuk diateesis aktif dan pasif. 1. Pengantar Sintaksis adalah bidang yang membicarakan mengenai unit bahasa kalimat, klausa dan frase. Banyaknya materi yang dipelajari di sintaksis, salah satunya diatesis. Diatesis merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa (Kridalaksana, 2008: 49). Diatesis adalah masalah sintaksis yang juga menyangkut masalah semantik. Verhaar menyatakan diatesis seperti aktif dan pasif adalah termasuk peran verba. Diatesis dibagi menjadi empat jenis, (a) aktif, yakni agen melakukan sesuatu terhadap pasien, (b) pasif, yakni agen melakukan sesuatu terhadap pasien tetapi yang dipentingkan agen, (c) refleksif, yakni agen melakukan untuk dirinya sendiri, dan (d) respirokal, yakni agen dan pasien posisinya saing berganti. Namun dalam makalah ini hanya fokus pembahasannya tentang diatesis aktif dan pasif dalam bahasa Lampung yang dibandingkan dengan bahasa Jawa. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana bentuk kalimat aktif antara bahasa Lampung dan bahasa Jawa? b. Bagaimana bentuk kalimat pasif antara bahasa Lampung dan bahasa Jawa? 3. Pembahasan A. Bentuk aktif dalam bahasa Lampung dan bahasa Jawa Kalimat aktif merupakan bentuk kalimat yang agen melakukan sesuatu terhadap pasien. (1) Aba cakak motor IIIt naik motor ‘ayah mengendarai motor’ (bahasa Lampung) (2) Bapak n-tumpak motor IIIt AKT-naik motor ‘ayah mengendarai motor’ (bahasa Jawa) Kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat aktif transitif kalimat tersebut memiliki pola SPO (Subyek Predikat Obyek). Bukti bahwa kedua kalimat tersebut berpola SPO adalah di depan predikat terdapat subyek gramatikal adalah perelatifan dan dapat dikontrol pada klausa sematan. Kedua kalimat tersebut memiliki perbedaan pada verbanya. Dalam bahasa Lampung, verba dalam kalimat aktif berbentuk kata dasar yang tidak terdapat pemarkah yang mengikutinya (lihat glos). Sedangkan dalam bahasa Jawa, verbanya mendapat pemarkah afiks nasal [n], kata tumpak +[n] menjadi numpak. Kalimat (1) dan (2) memiliki diatesis aktif karena pada kalimat (1) agen aba menduduki sebagai fungsi subjek gramatikal, sedangkan motor menduduki sebagai fungsi objek. Sedangkan dalam kalimat (2) agen bapak menduduki sebagai fungsi subjek gramatikal, motor menduduki fungsi objek. Agar lebih jelas akan dilakukan pengecekan properti subjek dengan teori kontrol. Kalimat (1) : Aba cakak motor  Ayah menaiki motor Aba ingin [ ___ cakak motor ]  Ayah ingin [ ___ menaiki motor] Aba ingin [ Yudha cakak motor ]  Ayah ingin [ Yudha menaiki motor] Kalimat (2) : Bapak numpak motor  Ayah menaiki motor Bapak pengen [ ___ numpak motor]  Ayah ingin [ ___ menaiki motor] Bapak pengen [ Sari numpak motor ]  Ayah ingin [ Sari menaiki motor] B. Bentuk pasif dalam bahasa Lampung dan bahasa Jawa Kalimat pasif merupakan bentuk kalimat yang agen melakukan sesuatu terhadap pasien tetapi yang dipentingkan adalah agen. (3) Motor ŋi-cakak-i aba Motor PASS-naik-i ayah ‘Motor dinaiki (oleh) Ayah’ (bahasa Lampung) (4) Motor-e di-tumpak-i bapak Motor-DET PASS-naik-i ayah ‘Motornya dinaiki (oleh) Ayah’ (bahasa Jawa) Dalam kalimat (3) dan (4) tersebut, pemarkah pasifnya berbeda. Dalam kalimat (3) terdapat pemarkah ŋi- dan dalam verbanya, sedangkan kalimat (4) bentuk kalimat pasifnya menggunakan pemarkah di-. Pada kedua kalimat di atas sama-sama mempunyai bentuk pemarkah sufiks –i dalam verbanya untuk menyatakan obyek sedang dikontrol oleh subyek yang berada di belakang. Kalimat (3) dan (4) tidak terdapat preposisi yang menyatakan oleh, namun dalam kalimat (4) terdapat pemarkah kepemilikan yang ditandai dengan –e pada obyeknya. Buktinya adalah Motore ditumpaki Bapak, pemarkah –e mengikuti Bapak yang menyatakan motor tersebut milik Bapak. Dalam kalimat pasif tersebut ada perubahan posisi argumen. a. Adanya perubahan posisi obyek menjadi subyek, • Bahasa Lampung Aba cakak motor (kalimat aktif) S P O Motor ŋi caka’i aba (kalimat pasif) S P O Dalam kalimat di atas terdapat perubahan posisi motor yang dalam kalimat aktif terdapat di obyek yang dalam kalimat pasif menjadi subyek. Agen aba juga berubah posisi yang semula dalam kalimat aktif menjadi subyek dan dalam kalimat pasif menjadi obyek. • Bahasa Jawa Bapak numpak motor (kalimat aktif) S P O Motore ditumpaki bapak (kalimat pasif) S P O Kalimat dalam bahasa Jawa pun juga mengalami perubahan posisi obyek menjadi subyek dan posisi subyek menjadi obyek. Motor berubah posisinya dari obyek menjadi subyek. Pada kalimat pasif, subyek motor mendapat pemarkah ¬–e yang menyatakan kepemilikan. b. Pemarkah dalam kalimat pasif, Dalam contoh kalimat di atas, bahasa Lampung menggunakan pemarkah yang terdapat dalam kalimat pasif adalah ŋi- + cakak + sufiks –i, sedangkan dalam bahasa Jawa menggunakan pemarkah di- + tumpak + sufiks –i. c. Dalam kalimat bahasa Lampung dan bahasa Jawa, bentuk kalimat pasifnya tidak lagi menduduki subyek, tetapi menduduki fungsi keterangan yang biasanya dimarkahi preposisi oleh dan letaknya bebas. Namun dalam contoh kalimat bahasa Lampung dan Jawa tersebut tidak terdapat preposisi oleh. Motor ŋi caka’i aba dalam bahasa Lampung tersebut tidak ada preposisi sebelum kata keterangan aba, karena bahasa Lampung lebih identik dengan to the point tidak menggunakan preposisi pun sudah menghasilkan kalimat yang yang dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Sedangkan kalimat motore ditumpaki bapak juga tidak memerlukan preposisi oleh, karena kalimat tersebut telah jelas bahwa bapak sebagai pengontrol. 4. Penutup Diatesis merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa Verhaar menyatakan diatesis seperti aktif dan pasif adalah termasuk peran verba. Diatesis dibagi menjadi empat jenis, (a) aktif, yakni agen melakukan sesuatu terhadap pasien, (b) pasif, yakni agen melakukan sesuatu terhadap pasien tetapi yang dipentingkan agen, (c) refleksif, yakni agen melakukan untuk dirinya sendiri, dan (d) respirokal, yakni agen dan pasien posisinya saing berganti. Dalam bahasa Lampung dan bahasa Jawa bentuk kalimat aktifnya terdapat perbedaan jika dalam bahasa Lampung bentuk verba-nya cakak yang merupakan bentuk dasar sedangkan dalam bahasa Jawa bentuk verba-nya mengalami proses nasalisasi yang di mana kata dasar diimbuhi nasal (n) + tumpak menjadi numpak. Sedangkan bentuk kalimat pasifnya letak perbedaan bahasa Lampung dan bahasa Jawa terdapat dalam bentuk pemarkah pasif, ŋi- yang mengikuti verbanya untuk bahasa Lampung dan di- untuk bahasa Jawa. Kedua bahasa tersebut dalam bentuk pasifnya sama-sama memiliki sufiks –i di belakang verba.

Lagu aja bisa dibikin puisi :D

Lagu Tentangku

Berawal dari ‘Tentang Kamu’ yang mulai mengenaliku
Setelahnya ‘Buat Aku Tersenyum’ dengan semua yang kau punya
‘Rasa Ini’ pelan muncul tak pasti
Mengambang tak jelas alurnya
Seperti film tanpa skenario
Kurang lebih hampir mirip lagu tanpa nada
Membingungkan dan memaksaku ‘Bertahan’ berdiri di atas kegalauan

Kini terjawab sudah, akhirnya aku ‘Menunggu’
Sepertinya tak seharusnya aku dipermainkan perasaan yang sempat membuatku ciut
Aku tak sanggup mengungkapkannya ‘Dari Hati’ sekarang
Jujur, itu bukan posisi seorang wanita
Tapi ‘Terlalu Lama’ untuk ukuran waktuku menunggu
Gambaran ‘Risalah Hati’ yang kerap menghiasi malam hampa
‘Takut’ apa yang kurisaukan terjadi
Aku dikecewakan lagi dengan alasan yang sama

Kepasrahan yang hampir membuatku ‘Berhenti Berharap’
Seperti sebuah ‘Mimpi Yang Terbunuh’
Jatuh ketika berimajinasi tinggi tentang harapan ke depan
Jangan sampai ‘Ada Yang Hilang’ ketika semua ketidakpastian muncul
Aku hanya ingin kamu menjadi ‘Anugerah Terindah Yang Pernah Ku miliki’





-icha030711-

Boleh dibaca kalo lagi jatuh cinta aja..

ILUSI JATUH CINTA

Darah muda terlalu bergejolak
Semakin panas, apalagi ketika jatuh cinta
Terbakar, terhipnotis dan menggila
Inilah sebagian ilusi jatuh cinta

Terkadang air pun seperti aliran darah yang mengalir deras
Karena cinta
Konsentrasi selebihnya menurun karena sebagian otak hanya ada dia
Mungkin kebutuhan makan sudah tak lagi dipikirkan
Terlintas hanya cara agar dapat tulus mencintainya

Jatuh cinta, sebuah gambaran yang nyata
Yang terkadang dapat membuat pecandunya tertawa dan menangis
Jatuh cinta membuat orang bersikap berlebihan
Yah, nggak salah…
Jatuh cinta itu bebas berekspresi
Karena dengan sebuah cinta kita dapat bahagia

Ilusi jatuh cinta yang mengesankan
Ilusi jatuh cinta yang di atas normal
Seakan dunia menjadi sempit karena perasaan








-icha030711-

Sekedar Sampah

CATATANKU DAN HATIKU

Pelik memang, ketika seseorang dekat dengan lawan jenis yang telah memberikan sebuah kenyamanan yang berarti. Terutama bagi seorang perempuan sepertiku. Jatuh cinta itu hanya membuat hati semakin tidak tahu posisi sebenarnya.
Aku pun hanya bisa berbicara dengan musik dan laptop kecilku tentang arti sebuah rasaku. Hmmm… mungkin hanya itu temanku yang tidak bosan mendengarkan keluh kesahku dan tawa candaku ketika sedang bergeleut dengan batin.
Kali ini aku dihadapkan dengan seorang laki-laki yang membuatku nyaman dengannya, dengan segala kelemahannya. Aku pun belum mengetahui arah hatiku. Sempat hatiku berontak, “apa-apaan ini, hatiku hanya mengambang.. gak jelas banget.. tapi separuh hatiku sudah terbawa olehnya.. ahrrrgg!!”. Yah, hanya itu yang bisa dibicarakan oleh sepotong hati perempuan yang belum jelas akan perasaannya. Pertanyaannya, sampai kapankah seperti ini? Aku selalu dihantui rasa-rasa yang seharusnya tidak muncul dalam pikiranku.
Aku tidak akan bosan, tapi aku takut jika aku lama-lama seperti ini dia akan jauh dariku dengan segala kenangan kita. Aku sungguh tidak mengerti dengan semua ini. Kadang aku berkata, “apa ini yang namanya jatuh cinta? Kok adem-adem aja tanpa ada suatu yang berarti.” Ternyata setelah aku sadari, hatiku tertempel hansaplast separuhnya. Cinta bertepuk sebelah tangan. Sambutku tidak digapainya. Hanya promise promise promise itu yang aku dengar darinya.
Tuhan, tiap malam aku menggantungkan secarik harapan tentang hidupku. Hanya dia yang mampu dan aku yakin akan hal itu. ‘My night has become a sunny dawn because of you’. Selanjutnya kini aku hanya bisa bersabar tentang jawabannya untuk pertanyaan hatiku.
Oyaa, ada satu pertanyaan yang masih berkutat di otakku tentangnya. Hmm. Masalah perasaannya untukku. Terlalu dingin, Tuhan! Dia beku. Aku susah membaca pikiran dia. Menyentuh hatinya pun juga sulit. Aku hanya mengandalkan perasaanku untuk mengetahui semua tentangnya. Kata-kata romantis mungkin hanya sebagai sampah untuknya, atau mungkin tak pernah dibacanya tulisan itu karena dia tak pernah suka dengan hal yang romantis. Segala cara telah aku lakukan lho buat dia tahu bagaimana jadi aku dan bagaimana posisiku saat ini ketika cinta tanpa balasan. Ckckck..
Menyedihkan, mengerikan dan memprihatinkan. Aku berdiri sendiri di tengah lautan tanpa mengerti arah mata angin malam ini. Sekarang aku harus bagaimana lagi? Titik terang sulit untuk digali. Sudahlah, berdiam diri di sini dan mencari sesuatu yang bisa ku jadikan motivasi.

Puisi Manusia Galau karena Jatuh Cinta... (~.~)

KEGALAUAN HATI

Semua berawal dari sebuah perasaan

Perasaan yang tak karuan hampir menghantui hatiku

membingungkan, bersinar namun belum berujung

Mengaguminya di awal membawaku ke dalam rasa yang beda

Aku pun tak mengerti tentang rasa itu

Yang aku tahu, aku nyaman dengannya

Apa mungkin hanya nyanyian risalah hati ku ?

Ah, efek sampingmu terlalu parah meracuniku, cinta…

Memaksaku untuk membuka cinta yang baru untukmu

Aku akui harapanku sudah tak sekedar harapan

Menerima semua apa yang terjadi nanti

Menata hati jika suatu saat hatiku dirobohkan mentah olehnya

Dan menjaga hati ketika rasa semu itu terungkap di telingaku serta menghapus semua kegalauan hatiku

DIA, DIA, DIA

Sosoknya yang baru aku kenal tak lama dalam dentingan waktuku

Dia yang membuatku memasang nyali ganda dan hati yang kuat

Menatap matanya lekat, bersanding di sampingnya dekat

Sangat aku butuhkan keberanian untuk mendampinginya

Dia yang mengenalkanku kenyamanan

Aku mengenalkannya sebuah perhatian

Sampai suatu saat aku harus mengeja semuanya tentang dia

Bertanya dan menjawab sendiri tentang perasaanku

God, aku tak bisa apa-apa tanpa-Mu

Aku hanya jujur sebatas hatiku saja,

Kabulkanlah kejujuranku dan nyatakan keinginanku bersama dia

Dia, dia, dia … jiwamu telah merambat dalam hentakan nadiku




Yah, lagi2 isinya curhatan., by inspired my mind ! :D