Rss Feed

Pages

Analisis Pragmatik Kartun Humor

Analisis Pragmatik Kartun Humor 1. Tindak Tutur Tindak tutur adalah kemampuan seorang individu melakukan tindak ujaran yang mempunyai maksud tertentu sesuai dengan situasi tertentu. Tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu, a. Tindak Lokusi : tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan menghasilkan suatu yang bermakna. Contoh kalimat, “Saya tadi pagi makan nasi goreng.” b. Tindak Ilokusi : tindak tutur yang mengandung maksud memberitahu, memerintah, memperingatkan, melaksanakan yang ujaran-ujaran itu memiliki daya (konvensional) tertentu dan tindak tutur ini ditampilkan melalui sebuah penekanan. Contoh kalimat, “Bersih sekali ruangan ini sampai banyak debu yang berterbangan.” c. Tindak Perlokusi : tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur serta muncul sebuah akibat, seperti meyakinkan, membujuk dan menghalangi. Contoh kalimat, “Rokok adalah musuh terbesar kesehatan kita!” Menurut sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum sebagai berikut, a. Verba asertif : pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misal menyatakan, mengusulkan, membuat, melaporkan, mengeluh. b. Verba direktif : ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, memberi nasihat. c. Verba komisif : pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikat suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan. d. Verba Ekspresif : fungsi ilokusi ini adalah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, memberi maaf, memuji. e. Verba Deklarasi : berhasil pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, memecat. 2. Implikatur Implikatur merupakan makna di luar teks. Makna yang ada di luar teks tersebut harus dapat dipahami oleh penutur serta lawan tuturnya. Implikatur dibagi menjadi beberapa macam yaitu, a. Implikatur percakapan ; seorang penutur yang berkomunikasi dengan menggunakan makna secara implikatur dan pendengar yang mengenal makna dari informasi yang disampaikan melalui inferensi. b. Implikatur percakapan umum : implikatur yang tidak memerlukan konteks khusus. c. Implikatur berskala : informasi khusus yang selalu dikomunikasikan dengan pemilihan kata yang mengekspresikan satu nilai dari sebuah skala nilai-nilai. d. Implikatur percakapan khusus : implikatur dapat diketahui dengan melibatkan konteks. e. Implikatur konvensional : hanya terjadi dalam percakapan dan tidak nenbutuhkan sebuah konteks yang khusus untuk menginterpretasikan makna. Implikatur mempunyai kedudukan dalam pragmatik karena dalam implikatur berisi mengenai gagasan serta pemikiran yang penting dalam pragmatik. Sehingga dalam kajian pragmatik, implikatur dapat dikatakan suatu bahan studi yang penting untuk dibahas dan ditelaah. A. Analisis kartun humor “Timun” 1. Kok bisa-bisanya, tiba-tiba saja, jembatan buatan bapak ambruk!!! Tempat dialog : Kantor pemerintahan Penutur : Timun Mitra Tutur : Pejabat Dalam dialog tersebut terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori menyindir dan marah. Ekspresi menyindir dapat dibuktikan dengan adanya kata kok bisa-bisanya. Secara tidak langsung, si penutur mengucapkan sebuah tuturan yang tidak mungkin terjadi namun pada kenyataannya hal tersebut telah terjadi. Sedangkan ekspresi marah dapat dibuktikan dengan adanya tanda seru di akhir kalimat. Si Timun dalam hal ini ingin mengungkapkan rasa marahnya dengan cara menyindir si pejabat. 2. Bapak mikirin nggak, korban yang tewas sia-sia!!! Dalam dialog ini terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori mengkritik dan marah. Mengkritik dapat ditemukan dengan adanya kata bapak mikirin nggak secara tidak langsung penutur bertanya kepada mitra tutur apakah mitra tutur telah melakukan sesuatu setelah terjadi insiden tersebut yang telah menewaskan banyak orang. Dalam dialog ini juga terdapat ekspresi marah yang ditunjukkan dengan adanya tanda seru diakhir kalimat serta ekspresi wajah penutur yang terdapat dalam koran tersebut. 3. Apa betul ada korupsi di sini!!! Siapa saja yang bermain-main, pak!!! Jawab, pak!!! • Dalam dialog ini terdapat tindak tutur ilokusi verba direktif dengan kategori memohon. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kata Siapa saja yang bermain-main, pak!!! Jawab, pak!!! Penutur memohon kepada mitra tutur agar memberikan kejelasan tentang masalah itu. Masalah ambruknya jembatan itu mungkin disebabkan banyaknya korupsi saat pembangunan jembatan tersebut. Maka dari itu Timun ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang di balik peristiwa tersebut yang telah memakan banyak korban. • Kata bermain-main dalam dialog ini mengandung implikatur. Di sini kata tersebut mempunyai makna korupsi. Sebelumnya telah terdapat kata korupsi, lalu si Timun membuat pernyataan kembali tentang siapa saja aktor yang telah berkorupsi tersebut. Timun ingin menanyakan kembali kepada pejabat tentang siapa saja aktor yang telah mengkorupsi uang dana pembangunan jembatan tersebut. 4. Timun : Lho, bapak mau kemana??? Pejabat : CUCI… TANGAN.. • Dialog dari pejabat merupakan penggambaran tindak tutur ilokusi verba komisif dengan kategori menolak. Memang tidak ada kata yang pasti dalam menggambarkan penolakan tersebut. Tetapi hal tersebut dapat dibuktikan ketika Timun berbicara panjang lebar tanpa sepatah kata pun pejabat tersebut mengeluarkan kata-kata. Namun dalam akhir dialog, tiba-tiba pejabat hanya mengeluarkan kata cuci tangan secara tidak langsung pejabat menolak untuk mendengar pernyataan dan pertanyaan yang lebih lanjut dari Timun. Mungkin juga pejabat menolak untuk membantu dan bertanggung jawab atas hal tersebut. • Dalam dialog ini juga mengandung unsur implikatur percakapan yang terdapat dalam kata cuci tangan. Kata tersebut mempunyai makna yang khusus dan secara tidak langsung antara penutur dan mitra tutur telah mengetahui maksud yang ada dalam kata tersebut. Cuci tangan dalam dialog tersebut mengartikan bahwa pejabat tersebut tidak bertanggung jawab dan menghindar atas permasalahan tersebut. Dalam kartun tersebut juga digambarkan, pejabat itu pergi meninggalkan Timun tanpa memberikan keterangan yang lebih lanjut tentang permasalahan yang sedang terjadi. B. Analisis kartun humor “Sukribo” 1. Dialog 1 : tiap tahun selalu saja kebanjiran, masa sih nggak ada yang bisa dilakukan….heeuu Dialog 2 : selalu ngungsi Tempat dialog : area bencana banjir Penutur : pengungsi dan sukribo Mitra tutur : antar pengungsi Dialog pertama mengandung tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori menyindir. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kalimat masa sih nggak ada yang bisa dilakukan. Kalimat tersebut ditujukan kepada pemerintah tentang bencana banjir yang datang setiap tahun dan pemerintah tidak melakukan tindakan untuk mengatasi banjir tersebut. Dialog kedua mengandung tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori mengeluh. Ekspresif mengeluh dapat dibuktikan dengan adanya kata selalu dan kesatuan seluruh kalimatnya. Secara tidak langsung, setiap terjadi bencana, para pengungsi pasti mengeluh karena keadaan yang seperti itu, 2. Dialog 1 : om kribo lihat tuh.. ada tenda pengungsi Dialog 2 : wah, betul… luar biasa, bagus pemerintahan lebih cepat tanggap Dialog 3 : sudah ada makanannya juga bo..!! • Dalam dialog kedua terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori memuji. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat luar biasa, bagus pemerintahan lebih cepat tanggap. Kata luar biasa dan bagus menegaskan kalimat dengan konteks memuji. Dialog ketiga terdapat tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori senang. Dialog ketiga tersebut merupakan dialog lanjutan dan tanggapan dari dialog kedua. Dialog kedua membahas tentang tenda lalu dialog ketiga merupakan tanggapan senang karena telah adanya tenda tersebut. • Implikatur percakapan dalam dialog ini adalah pada semua dialog. Dialog pertama penutur menunjukkan adanya sebuah tenda pengungsi, secara tidak langsung penutur dalam dialog kedua menanggapi bahwa tenda itu pasti disediakan untuk para pengungsi kemudian penutur dalam dialog ketiga juga menanggapi bahwa di setiap tenda pengungsian pasti sudah tersedia makanan. Jadi, ketiga dialog dari ketiga penutur yang berbeda tersebut sudah saling mengerti konteks yang dimaksud jika melihat sebuah tenda. Jadi yang menjadi pokok implikatur di sini adalah tenda yang di mana antara penutur dan mitra tutur telah mengetahui konteks khusus yang dimaksud. 3. Huss Ngapain pada kemari, ayo sana ini acara mantu pak lurah..!! Huss Tempat : halaman rumah pak lurah Penutur : Hansip Mitra tutur : para pengungsi Dialog tersebut mengandung tindak tutur ilokusi dengan verba direktif dengan kategori melarang dan mengusir. Kategori melarang terdapat pada kalimat Ngapain pada kemari penutur di sini melarang para pengungsi untuk mendekati tenda tempat acara mantu milik pak lurah. Sedangkan mengusir itu sama artinya meminta para pengungsi itu untuk pergi dari tempat acara mantu pak lurah tersebut. Kata Huss di sini yang menegaskan jika penutur bertindak untuk mengusir. C. Analisis kartun humor “Mice Cartoon” 1. Dialog 1 : if you happy and you know it… say horeeeee… Dialog 2 : Bukan guru … lebih suka dipanggil ‘MISS’ Tempat : kelas bermain Penutur : Guru Mitra tutur : murid-murid Dalam dialog kedua terdapat tindak tutur ilokusi verba komisif dengan kategori menolak. Kata bukan menjadi kata yang menunjukkan penolakan si penutur. Penutur memberitahukan bahwa dia tidak ingin dipanggil guru karena penutur menjadi sebuah guru di sekolah yang mengutamakan pemakaian bahasa Inggris dan ingin membiasakan murid-muridnya untuk memanggil dengan sebutan miss. 2. Oooh… No… No !! Use a spoon… should not wear hand! Tempat : rumah Penutur : Ibu Mitra tutur : anak Dalam dialog ini penutur yang merupakan orang bule melarang anaknya makan dengan tangan dengan memakai bahasa Inggris yang di mana dialog tersebut terdapat tindak tutur ilokusi verba direktif dengan kategori melarang. Kalimat Oooh… No… No !! dan kalimat should not wear hand! merupakan kalimat larangan yang terdapat dalam dialog tersebut. 3. Dialog 1 : cucu nenek udah gede, yaaa… sombong yaa… ‘gak pernah main ke rumah nenek lagi, nih….. hehe… Dialog 2 : ?? Tempat : rumah nenek Penutur : Nenek Mitra tutur : Cucu Dalam dialog pertama seorang nenek menyapa cucunya yang lama tidak bertemu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang di mana dalam kalimatnya tersebut mengandung unsur tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori menyindir. Kalimat … sombong yaa… ‘gak pernah main ke rumah nenek lagi, nih….. menunjukkan bahwa si nenek atau penutur tersebut menyindir cucunya dengan nada bercanda. 4. Dialog 1 : …Mom, Grandmother was talking about?? Dialog 2 (dalam hati) : Lho?!! Cucuku ngomong apa, tuh?? Dialog 3 : Tuh, kaaan… Aku bilang juga apa?! Orang bule juga nggak ngajarin anaknya, ngomong Indonesia, kok! Tempat : rumah nenek Penutur : nenek, anak, mice Mitra tutur : nenek, anak, orang tua • Dialog pertama merupakan tindak tutur ilokusi verba ekspresif dengan kategori bingung. Si anak bingung dengan kata-kata yang diucapkan si nenek karena si anak tidak mengerti bahasa Indonesia. Kalimat was talking about?? tersebut menanyakan apa arti tuturan yang dituturkan oleh neneknya dengan ekspresi bingung. Dialog ketiga merupakan tuturan dengan menggunakan tindak tutur ilokusi verba direktif dengan kategori menyindir. Penutur atau mice menyindir istrinya karena tidak mengajari anaknya memakai bahasa Indonesia padahal sudah lama hidup di Indonesia. Kalimat yang menyatakan sindiran adalah Orang bule juga nggak ngajarin anaknya, ngomong Indonesia, kok! • Implikatur yang terdapat dalam dialog ini terletak pada dialog pertama yang di mana si anak tidak mengetahui tuturan dari sang nenek kemudian secara tidak langsung Mice menyalahkan istrinya karena tidak mengajari anaknya berbahasa Indonesia sejak dini. Meskipun bahasa ibu yang dipakai saat bisa berbicara pertama kali tapi setidaknya harus bisa menyesuaikan lingkungan yang ditempati sekarang. Dari sini dapat diketahui bahwa tokoh Mice dan istrinya sebenarnya telah mengetahui konteksnya secara khusus yaitu tentang anaknya yang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya saja, tokoh Mice menggunakan sindiran sebagai tindakan menyalahkan.

0 komentar:

Posting Komentar